Sebagai Seorang Isteri Harus Banyak Bersyukur Dan Tidak Banyak Menuntut kepada suaminya.
Bersyukur adalah ciri dari hamba-hamba Allah yang mulia. Dan orang-orang yang bersyukur sangat sedikit, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“ … Sedikit dari hamba-Ku yang bersyukur.” [Saba’ :13]
Setiap mukmin dan mukminah diperintahkan untuk bersyukur karena dengan bersyukur, Allah akan menambahkan rizki yang telah Dia berikan kepadanya.
Allah berfirman:
ذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat.’” [Ibrahim : 7]
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُرِيْتُ النَّارَ، فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ، وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئاً، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.
Ancaman Allah ‘Azza wa Jalla kepada orang-orang yang 
semacam ini sangatlah keras, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu 
‘alaihi wa sallam:
لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup).”
Dalam hadits lain, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْفُسَّاقَ هُمْ أَهْلُ النَّارِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَنِ الْفُسَّاقُ؟ قَالَ: اَلنِّسَاءُ. قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَوَ لَسْنَ أُمَّهَاتِنَا وَأَخَوَاتِنَا وَأَزْوَاجِنَا؟ قَالَ: بَلَى، وَلَكِنَّهُنَّ إِذَا أُعْطِيْنَ لَمْ يَشْكُرْنَ وَإِذَا ابْتُلِيْنَ لَمْ يَصْبِرْنَ
“Sesungguhnya orang yang selalu melakukan kefasikan adalah penghuni Neraka.” Dikatakan, “Wahai Rasulullah, siapakah yang selalu berbuat fasik itu?” Beliau menjawab, “Para wanita.” Seorang Shahabat bertanya, “Bukankah mereka itu ibu-ibu kita, saudari-saudari kita, dan isteri-isteri kita?” Beliau menjawab, “Benar. Akan tetapi apabila mereka diberi sesuatu, mereka tidak bersyukur. Apabila mereka ditimpa ujian (musibah), mereka tidak bersabar.”
Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Semoga bermanfaat
Bersyukur adalah ciri dari hamba-hamba Allah yang mulia. Dan orang-orang yang bersyukur sangat sedikit, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“ … Sedikit dari hamba-Ku yang bersyukur.” [Saba’ :13]
Setiap mukmin dan mukminah diperintahkan untuk bersyukur karena dengan bersyukur, Allah akan menambahkan rizki yang telah Dia berikan kepadanya.
Allah berfirman:
ذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat.’” [Ibrahim : 7]
Seorang isteri diperintahkan untuk bersyukur kepada suaminya 
yang telah memberikan nafkah lahir dan batin kepadanya. Karena dengan 
syukurnya isteri kepada suaminya dan tidak banyak menuntut, maka rumah 
tangga akan bahagia. Isteri yang tidak bersyukur kepada suaminya dan 
banyak menuntut merupakan pertanda isteri tidak baik dan tidak merasa 
cukup dengan rizki yang Allah karuniakan kepadanya.
Perintah 
syukur ini sangat ditekankan dalam Islam, bahkan Nabi shallallaahu 
‘alaihi wa sallam mengancam dengan masuk Neraka bagi para wanita yang 
tidak bersyukur kepada suaminya, dan pada hari Kiamat Allah Ta’ala pun 
tidak akan melihat seorang wanita yang banyak menuntut kepada suaminya 
dan tidak bersyukur kepadanya.
أُرِيْتُ النَّارَ، فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ، وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئاً، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.
“Diperlihatkan Neraka kepadaku dan aku melihat kebanyakan penghuninya 
adalah kaum wanita, mereka kufur.” Para Shahabat bertanya: “Apakah 
disebabkan kufurnya mereka kepada Allah?” Rasul menjawab: “(Tidak), 
mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. 
Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada isterinya 
selama setahun, kemudian isterinya melihat sesuatu yang jelek pada diri 
suaminya, maka dia mengatakan, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan pada 
dirimu sekalipun." 
Padahal suaminya sudah banyak berbuat 
baik kepada isterinya selama setahun penuh. Karena sekali (saja) suami 
tidak berbuat baik kepada si isteri, maka dilupakan seluruh kebaikannya 
selama satu tahun. Itulah yang disebut kufur.
Sebagai contoh, 
misalnya seorang suami secara rutin telah memberikan nafkah berupa harta
 kepada isterinya. Namun, suatu waktu Allah ‘Azza wa Jalla mentakdirkan 
dirinya bangkrut sehingga tidak dapat memberikan nafkah dalam jumlah 
yang seperti biasanya kepada isterinya, kemudian si isteri mengatakan, 
“Memang, engkau tidak pernah memberikan nafkah.” Atau contoh yang 
lainnya, yaitu isteri yang terlalu banyak menuntut, meski sang suami 
sudah berusaha dengan sekuat tenaga dari pagi hingga sore untuk mencari 
nafkah.
لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup).”
Dalam hadits lain, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْفُسَّاقَ هُمْ أَهْلُ النَّارِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَنِ الْفُسَّاقُ؟ قَالَ: اَلنِّسَاءُ. قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَوَ لَسْنَ أُمَّهَاتِنَا وَأَخَوَاتِنَا وَأَزْوَاجِنَا؟ قَالَ: بَلَى، وَلَكِنَّهُنَّ إِذَا أُعْطِيْنَ لَمْ يَشْكُرْنَ وَإِذَا ابْتُلِيْنَ لَمْ يَصْبِرْنَ
“Sesungguhnya orang yang selalu melakukan kefasikan adalah penghuni Neraka.” Dikatakan, “Wahai Rasulullah, siapakah yang selalu berbuat fasik itu?” Beliau menjawab, “Para wanita.” Seorang Shahabat bertanya, “Bukankah mereka itu ibu-ibu kita, saudari-saudari kita, dan isteri-isteri kita?” Beliau menjawab, “Benar. Akan tetapi apabila mereka diberi sesuatu, mereka tidak bersyukur. Apabila mereka ditimpa ujian (musibah), mereka tidak bersabar.”
Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Semoga bermanfaat

Anda sedang membaca artikel berjudul 

0 komentar:
Posting Komentar