Pernahkah melihat orang-orang yang gemar berbuat dosa tetapi hidup mereka justru terlihat bahagia dan menyenangkan seolah ALLAH melimpahkan nikmatnya untuk mereka. Kenapa hal ini bisa terjadi ? Silahkan simak uraian berikut ini :
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).
Baca dan pahami juga ayat yang ini :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8)
Dzarrah : biji / benda dengan ukuran terkecil.
Jadi, tidak mungkin jika keburukan akan ALLAH balas dengan kebaikan, atau sebaliknya. Yang pasti, kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, keburukan akan dibalas dengan keburukan.
Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ تَعَالى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah,
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
(HR. Ahmad, no.17349, Thabrani dalam Al-Kabir, no.913, dan disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 414).
Jika ada orang yang berbuat dosa tetapi mendapat kesenangan dan tidak mendapat adzab dari ALLAH maka bisa jadi itu adalah istidraj. Kesenangan tersebut hanyalah kesenangan sesaat di dunia yang akan dibalas / digantikan dengan adzab / siksaan oleh ALLAH baik segera di dunia atau di akhirat.
Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja (Arab: درج ) yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Sementara istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung. Allah biarkan orang ini dan tidak disegerakan adzabnya. Allah berfirman,
سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ
“Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam: 44)
Semua tindakan maksiat yang Allah balas dengan nikmat, dan Allah membuat dia lupa untuk beristighfar, sehingga dia semakin dekat dengan adzab sedikit demi sedikit, selanjutnya Allah berikan semua hukumannya, itulah istidraj.
Kenapa ALLAH berbuat demikian ? Kenapa ALLAH tidak memberi hidayah saja dan menyadarkan mereka ?
Itu karena hidayah tidak akan diberikan kepada mereka yang menutup hatinya dan tidak bersedia menerima petunjuk ALLAH, bahkan mereka menjadikan kebaikan yang diajarkan ALLAH sebahai bahan untuk mengolok-olok. Hidayah bisa saja datang kepada orang yang dzolim dan gemar berbuat dosa jika kemudian orang tersebut membuka hatinya untuk menerima petunjuk-petunjuk ALLAH yang terdapat dalam ajaran agama.
Maka istidraj ini tidak datang dengan
tiba-tiba. Keputusan Allah memberikan istidraj disebabkan oleh perbuatan
dan sikap diantaranya adalah sebagai berikut :
- Tidak Beriman
Ketika Allah melimpahkan sebagian harta
duniawi kepada hambanya tidak serta merta itu menjadi istidraj kecuali
jika ia memang kafir. Maka salah satu penyebab Istidraj adalah penolakan
terhadap keimanan yaitu kekafiran. Oleh karena itu harta yang diperoleh
orang kafir jelas merupakan istidraj. Karena dengan harta itu orang
kafir akan berbangga dengan kekuatan yang ada dalam diri mereka dan
saling tolong menolong dalam kekafiran.
Adapun orang kafir sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain (Q.S. Al-Anfaal [8] : 73)
Orang-orang kafir itu telah
menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia)
dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah kamu (di dunia), karena
sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka (Q.S. Ibrahim [14] :30)
(Dikatakan kepada orang-orang
kafir): “Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu)
yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa.” (Q.S. Al-Mursalat [77] : 46)
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya (Q.S. Al-An’aam [6] :91)
- Syirik
Apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya
kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada
Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Q.S. Az-Zumar [39] :8)
- Kemunafikan
Sebab lain terjadinya istidraj ialah
kemunafikan. Kemunafikan di sini adalah munafik haqiqi yaitu orang yang
berpura-pura masuk Islam sedangkan hatinya sebenarnya tidak menerima
kebenaran Islam. Maka orang munafik hakiki sama kedudukannya dengan
orang kafir. Dan jika orang munafik itu dilimpahi kelimpahan harta maka
janganlah kita iri karena hal itu merupakan istidraj.
Dan apabila kamu melihat mereka(orang
munafik) , tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum (karena
keelokannya). Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka
(karena pandai bicara). Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka
mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka.
Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka;
semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan
(dari kebenaran)? (Q.S. Al-Munafiquun [63 ] : 4)
Pada ayat di atas diisyaratkan bahwa
istidraj tak hanya berupa harta, namun bisa juga berupa tubuh yang elok
dan kefasihan kata-kata atau kepandaian berbicara di depan umum.
Sehingga orang-orang menjadi terkesima dan terpengaruh mendengar
perkataan mereka. Sedangkan mereka dihinggapi rasa narsis yang akut
sehingga mengira bahwa setiap sorak sorai itu ditujukan bagi dirinya.
Orang seperti ini mengira setiap orang memperhatikan dirinya, dan dimana
saja ia merasa menjadi perhatian orang.
Maka terhadap orang munafik seperti ini
Allah justru sengaja membiarkan saja mereka bersenang-senang di dunia
dan dilimpahi harta yang banyak, kepandaian, ketenaran, tubuh yang elok
(karena banyak harta wajar saja jika mereka mampu merawat tubuhnya
dengan berbagai treatment sehingga tubuhnya sangat elok).
- Sombong Terhadap Kebenaran
Sombong yang dimaksud di sini adalah
sombong yang menyebabkan ia menolak kebenaran. Maka orang seperti ini
mungkin saja akan tertimpa istidraj. Maka harta yang ada padanya hanya
akan menyebabkan dirinya semakin sombong dan jauh dari kebenaran.
Kamu telah menghabiskan rezkimu yang
baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang
dengannya; maka pada hari ini kamu diba lasi dengan azab yang
menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak
dan karena kamu telah fasik (Q.S. Al-Ahqaaf [46] :20)
Ibnu mas’ud ia memarfukannya : “Tidak
akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji dari
kesombongan” Ada seseorang yang bertanya : Sesungguhnya seseorang suka
kalau pakaiannya bagus dan terompahnya bagus” Ia (Rasulullah SAW)
bersabda : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menghina manusia”(H.R. Muslim, Tirmidzi dan Abu Daud)
- Hamba Dunia dan Cinta Dunia
dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan(Q.S. Al-Al-Fajr [89] : 15-17)
Katakanlah: “jika bapa-bapa,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah
dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik. (Q.S. At-Taubah [9] : 24)
Dan orang-orang kafir
bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang.
Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka. (Q.S. Muhammad [47] :12)
Dan pada (kisah) kaum Tsamud ketika dikatakan kepada mereka: “Bersenang-senanglah kalian sampai suatu waktu.” (Q.S. Adz-Dzaariyat [51] :43)
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata : “Begitulah
manusia, bila dunia telah menjadi besar di penglihatnnya, dan mendiami
reuang yang luas dalam relung hatinya, niscaya ia akan menilainya lebih
besar dari Tuhannya, lalu menjadikan dirinya hamba yang amat patuh
padanya..” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 27)
- Memohon Dunia Saja
Sebagian orang ada yang pikirannya
terfokus pada keinginan dunia saja. Siang malam ia berusaha mati-matian
untuk meraih dunia. Segenap pikiran dan waktunya dicurahkan untuk
memperoleh dunia. Akhirat sama sekali terlewat dari pikirannya. Kalaupun
ia ingat berdoa, semata memohon keberhasilan dunia.
Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. (Q.S. An-Nisaa[4] : 134)
Barang siapa yang menghendaki
keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu (di dunia)
baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan
kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagianpun di akhirat (Q.S. Asy-Syuura [42] :20)
Perhatikanlah ayat di atas, jika Anda
mengharapkan akhirat maka Allah akan memberikan akhirat plus ditambah
keuntungannya yaitu sebagian nikmat dunia. Sedangkan bagi orang yang
hanya mengharapkan dunia, maka hanya sebagian nikmat dunia yang
dibukakan sedangkan tak mendapat kenimatan akhirat.
Maka orang seperti ini akan ditimpa
istidraj. Yaitu mungkin saja Allah mengabulkan jerih payahnya siang
malam meraih dunia itu sehingga tercapailah apa yang dia rencanakan dan
dia idam-idamkan. Namun hal itu sama sekali tidak baik baginya. Mengapa?
Karena dengan tercapainya apa yang dia inginkan itu akan semakin
membuat dirinya lupa pada akhirat dan semakin banyak hartanya semakin
sibuk ia dibuatnya.
Ali bin Abi Thalib pernah menasehati Kumail bin Ziyad An-Nakha’iy berkata : “Wahai Kumail ilmu lebih utama dariapada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan harta, engkau harus menjaga hartamu” (Nahjul Balaghoh Mutiara Hal 35)
Dari Uqbah bin Amir r.a. Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya
demi Allah, aku tidak khawatir kalian akan kembali musyrik
sepeninggalku tetapi aku khawatir kalian akan berlomba-lomba dalam
kehidupan dunia. (H.R. Muslim No.4248)
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.: Bahwa Rasulullah saw. pada satu hari berada di atas mimbar lalu beliau bersabda: Ada
seorang hamba yang diberikan pilihan oleh Allah antara Allah akan
memberinya kemewahan dunia atau memberi sesuatu yang ada di sisi-Nya.
Ternyata hamba itu memilih sesuatu yang ada di sisi-Nya. (H.R. Muslim No.4390)
- Bakhil dan Kikir
Istidraj juga dapat menimpa orang muslim
yang kikir. Bagi orang muslim, berlimpahnya harta adalah sebuah ujian.
Dengan kelimpahan harta itu Allah menyuruh untuk menafkahkan sebagian
harta tersebut. Tidak seluruhnya namuan hanya “sebagian”.
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya (Q.S. Al-Hadiid [57] :7)
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al-Baqarah [2] : 261)
Namun sebagian manusia memang cenderung
kikir. Dan bagi orang yang kikir maka kelimpahan harta itu bisa berubah
menjadi istidraj yang menjerumuskannya kepada murka Allah.
Maka setelah Allah memberikan kepada
mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan
berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi
(kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai
kepada waktu mereka menemui Allah (Q.S. At-Taubah [9] : 76-77)
Sekiranya manusia memiliki emas sepenuh dua lembah niscaya ia akan mencari yang ketiganya (H.R. Bukhari Muslim)
Dan manusia itu bersifat kikir (Q.S. An Nisaa’ [4] ; 128, Al Israa’ [17] : 100)
- Tamak dan Rakus Pada Dunia
Dari Ibnu Umar r.a.berkata : berkata Nabi SAW : Sesungguhnya seorang mukmin makan dengan satu ususu sedangkan si kafir makan dengan tujuh usus (H.R. Bukhari Muslim dalam Alu’lu wal marjan Jilid 2 No 1334)
Dari Abu Hurairah r.a. berkata Rasulullah SAW bersabda :
“Dunia ini adalah penjara bagi mukmin dan surga bagi orang kafir.
Sedangkan akhirat adalah surga bagi mukmin dan penjara bagi kafir (H.R. Tirmidzi No. 2246 Disahihkan oleh Albani)
- Tidak Bersyukur
Sebagian orang ditimpa istidraj karena
mereka lupa kacang dengan kulitnya dan lupa bersyukur kepada Allah
setelah Allah kabulkan doa mereka dan Allah limpahkan apa yang mereka
inginkan. Hal ini sebagaimana digambarkan pada ayat berikut ini :
Dan apabila manusia ditimpa bahaya
dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri,
tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali)
melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa
kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.
Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang
selalu mereka kerjakan (Q.S. Yunus [10] : 12)
Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka (Q.S. Yunus [10] : 11)
Biarlah mereka mengingkari nikmat
yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanglah kamu.
Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya). (Q.S. An-Nahl [16] :55)
Ali bin Abi Thalib pernah berkata mengenai ciri-ciri orang yang tidak bersyukur yaitu :
Ia tidak mampu mensyukuri apa yang dikaruniakan kepadanya dan selalu
menghendaki tambahan dari apa yang ada pada dirinya. Bila jatuh sakit ia
menyesali dirinya tapi bila telah kembali sehat ia merasa aman berbuat
sia-sia. (Mutiara Nahjul balaghoh Hal 37)
- Tidak Amanah Terhadap Harta
Sebagian orang ditimpa istidraj karena
ia tidak amanah dengan harta yang dilimpahkan Allah padanya. Dia
membelanjakan harta itu untuk hal-hal kemaksiatand an tidak digunakan
untuk kebaikan.
mereka mengingkari nikmat yang telah
Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (di
dunia). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya). (Q.S. Al-Ankabut [29] :66)
mereka mengingkari rahmat yang telah
Kami berikan kepada mereka. Maka bersenang-senanglah kamu sekalian,
kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu). (Q.S. Ar-Ruum [30] :34)
Dunia dihuni empat ragam manusia.
Pertama, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan dan ilmu pengetahuan
lalu bertakwa kepada Robbnya, menyantuni sanak-keluarganya dan melakukan
apa yang diwajibkan Allah atasnya maka dia berkedudukan paling mulia.
Kedua, seorang yang diberi Allah ilmu pengetahuan saja, tidak diberi
harta, tetapi dia tetap berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya
jika memperoleh harta dia juga akan berbuat seperti yang dilakukan
rekannya (kelompok yang pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah
(kelompok pertama dan kedua) sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah
harta kekayaan tetapi tidak diberi ilmu pengetahuan. Dia membelanjakan
hartanya dengan berhamburan (foya-foya) tanpa ilmu (kebijaksanaan). Ia
juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga dekatnya,
dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat
dan keji. Keempat, seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta
maupun ilmu pengetahuan dari Allah lalu dia berkata seandainya aku
memiliki harta kekayaan maka aku akan melakukan seperti layaknya
orang-orang yang menghamburkan uang, serampangan dan membabi-buta
(kelompok yang ketiga), maka timbangan keduanya sama. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
- Melakukan Kezhaliman Terus Menerus
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat
lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira
bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya (Q.S. Al-humazah [104] :1-3)
Dan berapa banyaknya (penduduk)
negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam
kehidupannya; maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada di diami
(lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil (Q.S. Al-Qashash [28] :58)
Dan apa saja yang diberikan kepada
kamu, maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya;
sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka
apakah kamu tidak memahaminya? (Q.S. Al-Qashash [28] :60)
Malaikat Jibril datang kepada Nabi
Saw, lalu berkata, “Hai Muhammad, hiduplah sesukamu namun engkau pasti
mati. Berbuatlah sesukamu namun engkau pasti akan diganjar, dan
cintailah siapa yang engkau sukai namun pasti engkau akan berpisah
dengannya. (H. Ath-Thabrani)
- Lupa Diri
Harta dan kenikmatan dunia itu pada
asalnya adalah sesuatu yang dibolehkan, dan merupakan salah satu nikmat
dari Allah. Tak ada yang mengharamkan perhiasan dunia dan menghalangi
orang dari meraihnya.
Namun harta dan kenikmatan dunia itu
berpotensi membuat orang lupa diri dan hanya sedikit sekali orang yang
selamat dari godaan dunia.
Maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku (Q.S. Shaad [38] : 32)
Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua
pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Q.S. Al-An’aam [6] : 44)
Demi Allah, bukanlah kemelaratan yang
aku takuti bila menimpa kalian, tetapi yang kutakuti adalah bila
dilapangkannya dunia bagimu sebagaimana pernah dilapangkan (dimudahkan)
bagi orang-orang yang sebelum kalian, lalu kalian saling berlomba
sebagaimana mereka berlomba, lalu kalian dibinasakan olehnya sebagaimana
mereka dibinasakan. (H.R. Ahmad)
- Merasa Semua Berjalan Sesuai Planning
Sebagian orang diberi harta, kedudukan,
dan dibukakan berbagai kenikmatan dan keleluasaan di dunia pada mulanya
sebagai ujian. Dan sebagian orang diwujudkan oleh Allah segala apa yang
direncanakannya dan segala apa yang dicita-citakannya. Maka orang itu
kemudian merasa tidak ada campur tangan Allah dalam hal ini dan semua
terwujud berkat upaya dirinya dan berkat kepandaiannya.
Qarun berkata : Sesungguhnya aku memiliki harta itu karena ilmu yang ada padaku (Q.S. Al-Qashash : 78)
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu(Q.S. An-Nisaa’ [4] : 115)
Dan apakah ia (Qorun) tidak
mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat
sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan
harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu,
tentang dosa-dosa mereka. (Q.S. Al-Qashash [28] : 78) (Abu Akmal Mubarok)
0 komentar:
Posting Komentar